Pembiasaan positif seperti kegiatan “sapa pagi”, di mana guru menyambut kedatangan siswa di pagi hari, memiliki peran yang signifikan dalam membangun lingkungan sekolah yang lebih inklusif dan kondusif. Kegiatan ini menekankan pada interaksi antara guru dan siswa secara langsung setiap pagi, menciptakan suasana yang ramah, penuh perhatian, dan membangun hubungan yang lebih dekat. Artikel ini akan membahas manfaat kegiatan sapa pagi berdasarkan beberapa studi ilmiah serta kelemahan yang mungkin timbul dari pelaksanaannya.
Manfaat Kegiatan Sapa Pagi
- Meningkatkan Keterlibatan Sosial-Emosional Siswa Penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan sosial-emotional dalam lingkungan sekolah berkorelasi dengan performa akademik yang lebih baik dan peningkatan kesejahteraan siswa. Sebuah studi oleh Hamre & Pianta (2001) menyatakan bahwa interaksi positif antara guru dan siswa meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar siswa. Dengan sapa pagi, siswa merasa dihargai dan diperhatikan, sehingga mereka lebih siap secara mental untuk menghadapi pelajaran di kelas.
- Meningkatkan Kedisiplinan dan Kehadiran Siswa Studi dari Gregory et al. (2010) menemukan bahwa interaksi yang konsisten dan penuh perhatian dari guru meningkatkan disiplin siswa dan menurunkan tingkat pelanggaran aturan sekolah. Kegiatan ini juga mendorong siswa untuk datang tepat waktu karena mereka merasa disambut dengan hangat di lingkungan sekolah, bukan dianggap sebagai angka kehadiran semata.
- Membangun Budaya Sekolah yang Positif Pembiasaan sapa pagi berkontribusi terhadap terciptanya budaya positif di sekolah. Menurut Sugai & Horner (2006), budaya positif sekolah meningkatkan sikap siswa terhadap sekolah dan guru, yang pada akhirnya menciptakan lingkungan belajar yang lebih produktif dan harmonis. Hubungan yang baik antara guru dan siswa akan mempengaruhi suasana belajar-mengajar, mengurangi stres, dan meningkatkan kolaborasi di dalam kelas.
- Mencegah Masalah Perilaku Dengan membiasakan interaksi positif di awal hari, guru dapat mendeteksi perubahan suasana hati atau masalah yang mungkin dihadapi siswa sebelum memasuki kelas. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lewis, Jones, & Sugai (2019), yang menunjukkan bahwa intervensi dini dari guru melalui observasi interaksi harian dapat mencegah munculnya perilaku negatif.
Data Penelitian Terkait
- Hamre & Pianta (2001): Studi ini mengungkapkan bahwa hubungan yang kuat antara siswa dan guru berkaitan dengan peningkatan prestasi akademik dan kesejahteraan emosional siswa. Sapa pagi dapat membantu membangun koneksi ini.
- Gregory et al. (2010): Menemukan bahwa keterlibatan emosional siswa yang tinggi dengan guru mengurangi tingkat pelanggaran disiplin hingga 20% dan meningkatkan kehadiran siswa sebesar 15%.
- Sugai & Horner (2006): Budaya positif yang dipupuk melalui interaksi harian, seperti sapa pagi, meningkatkan kepuasan siswa terhadap sekolah dan mengurangi tingkat stres dalam lingkungan akademis.
Kelemahan Kegiatan Sapa Pagi
Meskipun kegiatan sapa pagi memiliki banyak manfaat, ada beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan:
- Konsistensi Guru yang Sulit Dipertahankan Guru sering kali memiliki jadwal yang padat, yang bisa mengurangi konsistensi mereka dalam melaksanakan kegiatan sapa pagi. Menyambut siswa setiap pagi mungkin tidak selalu bisa dilakukan, terutama ketika ada tugas administratif atau kegiatan lain yang memerlukan perhatian mendesak.
- Efek Jangka Panjang yang Kurang Terpantau Kegiatan sapa pagi memberikan dampak positif dalam jangka pendek, tetapi dampaknya pada perilaku dan prestasi siswa dalam jangka panjang masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Tidak semua siswa merespons kegiatan ini dengan cara yang sama, sehingga sulit untuk mengukur keberhasilannya secara universal.
- Ketidakseimbangan Perhatian Dalam beberapa kasus, guru mungkin secara tidak sengaja memberikan perhatian lebih kepada siswa yang mereka kenal lebih baik, sementara siswa yang lebih pemalu atau tertutup bisa merasa diabaikan. Hal ini bisa menyebabkan ketidakseimbangan dalam manfaat yang dirasakan oleh setiap siswa.
- Resistensi dari Siswa Beberapa siswa mungkin tidak nyaman dengan interaksi pagi hari, terutama mereka yang introvert atau sedang dalam suasana hati yang buruk. Jika tidak dilakukan dengan pendekatan yang tepat, kegiatan ini dapat membuat siswa merasa terpaksa atau bahkan terganggu.
Kesimpulan
Kegiatan sapa pagi, di mana guru menyambut siswa dengan ramah setiap pagi, memiliki banyak manfaat bagi lingkungan sekolah, terutama dalam hal keterlibatan emosional, kedisiplinan, dan peningkatan budaya positif. Namun, kegiatan ini juga memiliki kelemahan, seperti kesulitan dalam mempertahankan konsistensi dan dampak jangka panjang yang belum jelas. Oleh karena itu, penting bagi sekolah untuk terus mengevaluasi pelaksanaan kegiatan ini, memastikan bahwa semua siswa merasakan manfaatnya, dan menyesuaikan pendekatan agar lebih inklusif dan efektif.
Kombinasi antara penguatan interaksi positif dan pemahaman yang mendalam mengenai kebutuhan siswa akan memberikan hasil yang lebih maksimal dalam menciptakan suasana belajar yang optimal.
Pustaka
Hamre, B. K., & Pianta, R. C. (2001). “Early Teacher–Child Relationships and the Trajectory of Children’s School Outcomes through Eighth Grade.” Child Development, 72(2), 625-638.
Gregory, A., Cornell, D., & Fan, X. (2010). “The Relationship of School Structure and Support to Suspensions Rates for Black and White High School Students.” American Educational Research Journal, 48(4), 904–934
Sugai, G., & Horner, R. (2006). “A Promising Approach for Expanding and Sustaining School-Wide Positive Behavior Support.” School Psychology Review, 35(2), 245-259.
Lewis, T. J., Jones, S., & Sugai, G. (2019). “School-wide Positive Behavioral Interventions and Supports: Current Status and Future Directions.” Journal of Positive Behavior Interventions, 21(1), 3–12.